Menghadapi dunia bisnis yang makin terintegreasi, apa saja strategi yang harus dirancang para CEO? Bagaimana memformulasikannya?
Ada beberapa fenomena umum yang sering terjadi pada perseroan nasional, mulai dari yang secara proaktif
(i) Melakukan analisis dan membuat road map strategy dan kemudian menggelar aksi tempur ( ii) Tidak tahu harus berbuat apa,
dan menganggapnya tidak akan terjadi apa-apa, lalu menjalankan bisnis seperti biasanya saja- business as usual.
Apapun pemetaan dan strategi yang di buat, implilkasinya nanti akan dirasakan oleh perseroan, setelah kontes pertandingan kualifikasi dimulai. Dan kita akan bisa melihat siapa yang akan gugur “babak penyisihan” dan siapa yang akan“ masuk final”.
Bagaimana sebuah perseroan bisa membuat peta response strategi secara sederhana?
Peta response strategi bisa dibuat sederhana dengan membuat matriks.Misalnya pada garis sumbu vertical, kita memetakan
“ akumulasi penguasaan Sumberdaya “. Didalamnya menunjukkan kekuatan (menggalang) finance, cash flow, network distribusi, know-how, market share dan berbagai kekuatan intangible perseroan di dalam Industri, sesuai kategori perseroan.
Pada sumbu Horizontal, kita tempatkan derajat kesanggupan kompetisi perseroan, baik akibat keunggulan kompetitif maupun komperatif. Nah dari situ kita akan bisa memplot dimana posisi perseroan kita, dan membandingkannya dengan posisi competitor. Begitu posisi relatifnya menjadi jelas, kita tinggal memutuskan respons strategis apa yang hendak kita gelar.
Kuadaran resources accumulation vs comperative & competivive advantage Misalnya Pada kwadran A- di mana akumulasi kekuatan (kapasitas dan kapabilitas tinggi) dan daya competitiveness juga tinggi; maka strategic response yang sebaiknya dipakai adalah agresif. Kekuatan baik resource maupun competitiveness yang telah terakumulasi dipakai untuk menggempur pasar.Sifatnya offensive, untuk menduduki daerah- daerah baru; “membeli’ market share sebagai pijakan awal untuk menciptakan pengalaman baru dan berinteraksi dengan konsumen.Menciptakan berbagai kesempatan, agar konsumen bisa merasakan dan menikmati values creation yang ditawarkan perseroan, dan untuk memperoleh consumer switching.Ujung- ujungnya dari pendekatan offensive ini adalah mendominasi pasar!
Kalau perangkat resources tersedia, apakah itu resource financial, jaringanbisnis dan pengalaman distribusi; know-how dan sejenisnya; ditambah lagi dengan kemampuan invoasi produk dan proses perseroan yang juga telah menghasilkan comptetiveness yang hebat, maka momentum ini tidak boleh disia-siapkan. Ingat, momentum bisnis tidak datang dua kali. Iahanya datang pada orang & organisasi yang siap dan berani terjun bertindak. Kalau competitiveness kita sedang pada posisi tinggi, itu berarti pemain kompetitor lainnya sedang lengah, sedang berada di belakang
–mengkonsolidasi diri atau sedang mempersiapkan diri. Jadi kita menunda dan banyak pertimbangan untuk melakukan offensive dna mendominasi market, posisi kita bisa disusul kemudian oleh lompeitior yang telah mengalami turn around. Oleh karena itu sikap mental dan pendirian yang amat diperlukan oleh perseroan yang berada dalam kuadran ini adalah sikap berani. Berani mengadapi resiko, berani mengadapi tantangan, berani melangkah maju dan terjun ke dalamnya meskipun tidak semua variable dikuasai. Sikapnya harus tegas dan jelas, dengan kata lain bold. Ia melangkah dengan tegap, sigap dan penuh percaya diri. Kalau sikap mental seperti ini tidak dimilik oleh jajaran eksekutif yang pas sedang ada di kwadran ini, mereka akan melewatkan momentum dan kesempatan secara sia-sia.