Strategy dan Goal.

Harus diingat bahwa strategi hanyalah wahana, alias medium untuk mencapai tujuan yang kita idamkan. Jadi ukuran keberhasilan sebuah strategi adalah seberapa jauh ia mendekatkan kita pada status dan posisi yang ingin kita capai. Apapun ukuran yang ditetapkan oleh perseroan: apakah itu profit margin, besarnya market share, keunggulan cash flow, kepuasan pelanggan, atau growth rate. Yang penting, apupun tujuan alias corporate goal yang ingin diciptakan, ia harus dicanangkan dengan jelas dan mantap. Tidak dalam keadaan ragu- ragu alias ambigu.Sebuah goal bagaimanapun harus menjadi orientasi dari sebuah strategi.Jika anda bermain sport, katakanlah itu golf atau sepak bola, maka apapun jenis strategi dasar yang hendak kita mainkan, hasil akhirnya ditentukan oleh seberapa sering kita memasukkan bola kedalam gawang.
Kalau satu strategi tidak efektif membawa kita pada suatu goal, kita perlu melakukan modifikasi atau banting stir. Jadi strategi dan deployment haruslah tetap meng-akomodir flexibilitas operasionalisasi.Bila satu teknik tidak berhasil, kita menganalisa dan menyempurnakannya, hingga tercapai suatu strategi yang efektif.Sejatinya pola strategi perseron berubah seiring dengan tingkat pertumbuhan kompetensi dan pengalaman organisasi.Strategi juga berubah akibat perubahan dan pergeseran driver pertumbuhan dan peluang.   Yang harusnya berdiri kokoh adalah goal, alias sasaran tembak yang kita hendak tuju. Sebisa mungkin strategic goal tidak berubah-rubah.. Dengan begitu ia memberikan kepastian arah gerak. Sebuah goal juga tidak boleh dengan mudah digerak-gerakan oleh intimidasi keadaan, pengaruh atau hasutan pihak lain. Ingat nasehat lama: if the strategy doesn’t work, change the strategy, not the goal. Kalau hanya karena dan tekanan- intimidasi keadaan, lalu kita dengan gampang menyerah dan melakukan kompromi terhadap goal, hal itu menunjukkan kita punya masalah dengan determinasi.

 

Sebaliknya perseroan yang tidak berkembang umumnya punya ciri yang sama: mereka menunjukkan kecenderungan untuk merubah goal dan target ketika suatu strategi tidak bekerja dengan baik. Apalagi dalam kondisi pelik dan mengalami rintangan, maka sebagian besar orang akan tergoda dan kompromistis terhadap goal. Alih-alih mengubah strategi, mereka merubah besaran target itu sendiri. Dengan kata lain, mereka cenderung menggunakan satu jurus strategi tersebut terus menerus. Sejatinya suatu goal di buat fixed pada posisi tertentu, dan jika goal tidak tercapai, teknik strateginya yang di review, bukan sebaliknya.
Strategy dan Breakthrough untuk mencapai hasil yang spektakuler, strategi yang digunakan tidak bisa lagi yang bersifat konvensional.Artinya hanya sesuatu yang bersifat linear dan merupakan kepanjangan teknik masa lalu.Tapi harus sesuatu yang benar-benar bersifat leap frog; ada terobosan.  Bagaimana menciptakan hal seperti itu?
Ada beberapa teknik misalnya sebagai Games Changer. Jadi benar-benar pola baru: Dulunya tidak ada, sekarang ada. Mingkin melalui bantuan aplikasi teknologi, layaknya Gojek.Atau mendobrak paradigm. Misalnya menjual Tanah perkuburan kepada orang yang masih segar bugar ala San Diego di Karawang milik Lippo group. Sesuatu yang dulu nya tidak pernah dipikirkan orang.  Hal hal semacam ini meng-create demand. Dari yang dulu tidak ada, sekarang menjadi ada. Dengan begitu hasilnya akanleap frog, suatu lompatan jauh kedepan.
Pendekatan seperti ini akan menghasilkan market disruption. Maksud nya kita tidak hanya sekedar memetakan keinginan konsumen, tetapi satu langkah lebih maju.Menciptakan demand.Bagaimana caranya?Untuk memungkinkan hal seperti itu kreativitas menjadi non negotiable factor.Dan hal ini berkaitan sangat erat dengan kemampuan Value creation. Valuea creation yang hebat akan menciptakan atau men-generate demand dengan sendiri. Dalam istilah Prof Sey: Supply will create its own demand. Tentu saja bukan sembarang supply, tetapi sesuatu yang distinctive dan non konvensional.
end-